Jumat, 09 Mei 2025

 Konsep Mimpi dalam Studi Komparasi Psikologi Islam Serta Kaitannya dengan Filsafat Ilmu 

By : Najwa Almira Rachman 
KPI 2E (1860304241012) 


    Bagi sebagian orang, mimpi hanyalah dianggap sebagai bunga tidur semata. Tapi, pada dasarnya mimpi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Dan sejarah pun menunjukan bahwa sejak beribu-ribu tahun lamanya, banyak manusia yang menaruh perhatian besar terhadap mimpi. Mimpi menjadi pembahasan yang cukup serius dari sebagian orang dan menjadi bagian dari kajian ilmiah setelah seorang ahli psikoanalisis Sigmund Freud dengan teori psikoloanalisisnya menjelaskan topik mimpi. Menurutnya, mimpi adalah penghubung antara kondisi bangun dan tidur. Baginya, mimpi merupakan sebuah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang terlarang yang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Dengan begitu, mimpi dapat dirancang sesuai keinginan. Mimpi sebagai  suatu hambatan aktivitas mental tak sadar dalam mengungkapkan suatu yang dipikirkan atau diinginkan seorang individu. Pembahasan Mimpi ini akan dikaji lebih dalam dengan ilmu psikologi, Namu, bagaimana kaitannya dengan Filsafat Imu? 

    Perlu kita rekontruksi kembali bahwasannya Filsafat Ilmu memiliki 3 cabang ilmu yakni, Ontologi, Aksiologi, dan Epistemologi, dimana ke tiga cabang ilmu tersebut sudah diaparkan pada penulisan sebelum-sebelumnya. Dari ke tiga cabang filsafat ilmu tersebut, Ontologi lah yang memiliki keterkaitan dengan mimpi. Keterkaitan antara mimpi dan ontologi terletak pada bagaimana mimpi menantang pemahaman kita tentang hakikat realitas dan keberadaan. Ontologi, sebagai cabang filsafat yang membahas tentang "apa yang ada", berusaha menjawab pertanyaan mengenai struktur dasar dari kenyataan. Mimpi menjadi fenomena yang menarik secara ontologis karena dalam kondisi bermimpi, seseorang mengalami realitas yang tampak nyata, meskipun pengalaman itu tidak memiliki keberadaan fisik dalam dunia empiris. dengan begitu mencatat sebuah adegan dalam mimi adalah hal yang cukup penting, mengaa demikian? 

    Dengan mencatat mimpi, seseorang dapat mengamati pola, simbol, atau tema yang berulang, yang bisa memberikan wawasan mendalam tentang kondisi emosional dan psikologisnya. Ini juga membantu dalam proses refleksi diri dan pertumbuhan pribadi. Dari sudut pandang filosofis, mencatat mimpi bisa menjadi cara untuk mengeksplorasi batas antara kenyataan dan ilusi, serta mempertanyakan bagaimana kesadaran bekerja.

    Dari jurnal yang telah di bagikan oleh dosen kami, Mimpi dalam perspektif psikologi Islam memiliki makna dan fungsi yang jauh lebih luas dibandingkan pandangan psikologi Barat. Dalam Islam, mimpi tidak hanya dianggap sebagai produk bawah sadar, tetapi juga sebagai bentuk komunikasi spiritual yang dapat bersumber dari ilham ilahi atau wahyu. Mimpi bisa menjadi kabar gembira, ujian keimanan, petunjuk dari Allah, bahkan bagian dari kenabian. Oleh karena itu, mimpi dalam konteks Islam memiliki kedudukan yang mulia dan bisa menjadi sumber inspirasi serta pendorong spiritual bagi individu.

    Secara psikologis, baik dalam pandangan Barat maupun Islam, mimpi berkaitan erat dengan kondisi mental dan emosional seseorang. Freud dan para pengikutnya memandang mimpi sebagai manifestasi konflik batin dan keinginan bawah sadar. Sementara psikologi Islam menekankan bahwa mimpi dapat muncul karena aktivitas ruh yang menjelajahi alam arwah saat tidur, sehingga bisa memperoleh informasi atau pengalaman non-fisik yang berdampak pada akal dan jiwa manusia. Dalam hal ini, mimpi juga dapat memengaruhi perilaku, emosi, dan kesehatan mental seseorang secara signifikan.

    Dari sudut pandang spiritual dan ilmiah, mimpi memiliki fungsi diagnostik dan simbolik yang mendalam. Mimpi dalam Al-Qur’an dan hadis sering kali membawa pesan penting yang memengaruhi tindakan manusia dalam kehidupan nyata, sebagaimana terlihat dalam kisah para nabi. Kualitas mimpi, baik yang bersifat positif maupun negatif, diyakini berkorelasi dengan kondisi spiritual dan moral individu. Dengan demikian, pemahaman terhadap mimpi bukan hanya relevan dalam kajian psikologi dan keislaman, tetapi juga dalam upaya memahami diri secara lebih utuh dan transendental.

 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teori Komunikasi  Najwa Almira Rachman  KPI 2E / 1860304241012       Teori komunikasi adalah kajian ilmiah yang mempelajari proses penyampai...