Mimpi dalam Prespektif Psikologi Islam
Part 2
Dalam Islam, mimpi disebut "ru’ya" yang berarti sesuatu yang dilihat manusia dalam tidurnya. Al-Ushaimy mengartikan mimpi sebagai serangkaian keyakinan dan pemandangan yang ditransfer Allah ke dalam hati hamba-Nya melalui malaikat atau setan. Ibnu Khaldun memandang mimpi sebagai kesadaran yang timbul dalam jiwa rasional sebagai percikan dari bentuk-bentuk peristiwa spiritual. Al-Jauziyah menyatakan bahwa mimpi merupakan permisalan yang dibuat malaikat agar orang bermimpi dapat mengambil petunjuk dari gambaran tersebut. Dalam konteks psikologi modern, mimpi dianggap sebagai hasil dari aktivitas otak yang acak. Hobson mengungkapkan bahwa mimpi melibatkan persepsi dan kepercayaan yang merupakan hasil spontanitas dari kegiatan otak yang acak. Meskipun demikian, pandangan ortodoks Freudian masih memandang mimpi sebagai bentuk kegiatan mental yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, mimpi merupakan fenomena kompleks yang melibatkan aspek biologis, psikologis, dan spiritual, mencerminkan interaksi antara alam sadar dan bawah sadar manusia.
Menurut Sigmund Freud, stimulus dan sumber dari kemunculan sebuah mimpi ada 4, yaitu:
-
External Sensory Stimuli (Rangsangan Sensorik Eksternal)Ini adalah rangsangan dari lingkungan sekitar yang memengaruhi mimpi saat tidur. Contohnya, suara alarm jam bisa masuk ke dalam mimpi sebagai suara lonceng atau suara lain yang sesuai dengan konteks mimpi. Freud menyatakan bahwa tubuh kita tetap peka terhadap rangsangan eksternal meskipun sedang tidur, dan otak dapat menggabungkan rangsangan ini ke dalam narasi mimpi.
-
Internal (Subjective) Sensory Excitations (Rangsangan Sensorik Internal Subjektif)Rangsangan ini berasal dari dalam tubuh dan tidak disebabkan oleh faktor eksternal. Misalnya, saat mata tertutup dan kita melihat pola cahaya atau warna, atau mendengar suara-suara dalam keheningan. Freud menyebut fenomena ini sebagai "halusinasi hipnagogik", yaitu gambaran visual yang muncul saat kita mulai tertidur.
-
Internal Organic Somatic Stimuli (Rangsangan Somatik Organik Internal)Ini berkaitan dengan kondisi fisik atau organ dalam tubuh yang memengaruhi mimpi. Contohnya, seseorang yang mengalami masalah pencernaan mungkin bermimpi tentang situasi yang tidak nyaman. Freud percaya bahwa sensasi dari organ tubuh dapat memengaruhi isi mimpi dan bahkan membantu dalam mendiagnosis kondisi kesehatan tertentu.
-
Psychical Sources of Stimulation (Sumber Rangsangan Psikis)Sumber ini berasal dari pikiran, keinginan, atau konflik batin yang tidak disadari. Freud menekankan bahwa banyak mimpi merupakan manifestasi dari keinginan yang terpendam atau konflik internal yang belum terselesaikan. Mimpi menjadi cara bagi pikiran bawah sadar untuk mengekspresikan keinginan atau ketakutan yang tidak dapat diungkapkan secara langsung saat sadar.
Dengan memahami keempat sumber ini, Freud menjelaskan bahwasannya mimpi bukan sekadar fenomena acak, melainkan hasil dari interaksi antara rangsangan fisik dan psikis yang kompleks. mimpi dalam psikologi Islam adalah sebuah hal yang diakui keberadaannya karena terdapat dalam kedua sumber ajaran Islam yang tentunya memiliki fungsi dan tujuan, bahkan mimpi adalah bagian dari kenabian yang merupakan wahyu yang pertama seperti yang dikatakan oleh Ummul mukminin`Aisyah ra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar