Blog ini berisi tentang pembelajaran-pembelajaran yang penulis dapat pada bangku sekolah tinggi
Rabu, 21 Mei 2025
Sabtu, 17 Mei 2025
Mimpi dalam Prespektif Psikologi Islam
Part 2
Dalam Islam, mimpi disebut "ru’ya" yang berarti sesuatu yang dilihat manusia dalam tidurnya. Al-Ushaimy mengartikan mimpi sebagai serangkaian keyakinan dan pemandangan yang ditransfer Allah ke dalam hati hamba-Nya melalui malaikat atau setan. Ibnu Khaldun memandang mimpi sebagai kesadaran yang timbul dalam jiwa rasional sebagai percikan dari bentuk-bentuk peristiwa spiritual. Al-Jauziyah menyatakan bahwa mimpi merupakan permisalan yang dibuat malaikat agar orang bermimpi dapat mengambil petunjuk dari gambaran tersebut. Dalam konteks psikologi modern, mimpi dianggap sebagai hasil dari aktivitas otak yang acak. Hobson mengungkapkan bahwa mimpi melibatkan persepsi dan kepercayaan yang merupakan hasil spontanitas dari kegiatan otak yang acak. Meskipun demikian, pandangan ortodoks Freudian masih memandang mimpi sebagai bentuk kegiatan mental yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, mimpi merupakan fenomena kompleks yang melibatkan aspek biologis, psikologis, dan spiritual, mencerminkan interaksi antara alam sadar dan bawah sadar manusia.
Menurut Sigmund Freud, stimulus dan sumber dari kemunculan sebuah mimpi ada 4, yaitu:
-
External Sensory Stimuli (Rangsangan Sensorik Eksternal)Ini adalah rangsangan dari lingkungan sekitar yang memengaruhi mimpi saat tidur. Contohnya, suara alarm jam bisa masuk ke dalam mimpi sebagai suara lonceng atau suara lain yang sesuai dengan konteks mimpi. Freud menyatakan bahwa tubuh kita tetap peka terhadap rangsangan eksternal meskipun sedang tidur, dan otak dapat menggabungkan rangsangan ini ke dalam narasi mimpi.
-
Internal (Subjective) Sensory Excitations (Rangsangan Sensorik Internal Subjektif)Rangsangan ini berasal dari dalam tubuh dan tidak disebabkan oleh faktor eksternal. Misalnya, saat mata tertutup dan kita melihat pola cahaya atau warna, atau mendengar suara-suara dalam keheningan. Freud menyebut fenomena ini sebagai "halusinasi hipnagogik", yaitu gambaran visual yang muncul saat kita mulai tertidur.
-
Internal Organic Somatic Stimuli (Rangsangan Somatik Organik Internal)Ini berkaitan dengan kondisi fisik atau organ dalam tubuh yang memengaruhi mimpi. Contohnya, seseorang yang mengalami masalah pencernaan mungkin bermimpi tentang situasi yang tidak nyaman. Freud percaya bahwa sensasi dari organ tubuh dapat memengaruhi isi mimpi dan bahkan membantu dalam mendiagnosis kondisi kesehatan tertentu.
-
Psychical Sources of Stimulation (Sumber Rangsangan Psikis)Sumber ini berasal dari pikiran, keinginan, atau konflik batin yang tidak disadari. Freud menekankan bahwa banyak mimpi merupakan manifestasi dari keinginan yang terpendam atau konflik internal yang belum terselesaikan. Mimpi menjadi cara bagi pikiran bawah sadar untuk mengekspresikan keinginan atau ketakutan yang tidak dapat diungkapkan secara langsung saat sadar.
Dengan memahami keempat sumber ini, Freud menjelaskan bahwasannya mimpi bukan sekadar fenomena acak, melainkan hasil dari interaksi antara rangsangan fisik dan psikis yang kompleks. mimpi dalam psikologi Islam adalah sebuah hal yang diakui keberadaannya karena terdapat dalam kedua sumber ajaran Islam yang tentunya memiliki fungsi dan tujuan, bahkan mimpi adalah bagian dari kenabian yang merupakan wahyu yang pertama seperti yang dikatakan oleh Ummul mukminin`Aisyah ra.
Jumat, 09 Mei 2025
Konsep Mimpi dalam Studi Komparasi Psikologi Islam Serta Kaitannya dengan Filsafat Ilmu
Secara psikologis, baik dalam pandangan Barat maupun Islam, mimpi berkaitan erat dengan kondisi mental dan emosional seseorang. Freud dan para pengikutnya memandang mimpi sebagai manifestasi konflik batin dan keinginan bawah sadar. Sementara psikologi Islam menekankan bahwa mimpi dapat muncul karena aktivitas ruh yang menjelajahi alam arwah saat tidur, sehingga bisa memperoleh informasi atau pengalaman non-fisik yang berdampak pada akal dan jiwa manusia. Dalam hal ini, mimpi juga dapat memengaruhi perilaku, emosi, dan kesehatan mental seseorang secara signifikan.
Dari sudut pandang spiritual dan ilmiah, mimpi memiliki fungsi diagnostik dan simbolik yang mendalam. Mimpi dalam Al-Qur’an dan hadis sering kali membawa pesan penting yang memengaruhi tindakan manusia dalam kehidupan nyata, sebagaimana terlihat dalam kisah para nabi. Kualitas mimpi, baik yang bersifat positif maupun negatif, diyakini berkorelasi dengan kondisi spiritual dan moral individu. Dengan demikian, pemahaman terhadap mimpi bukan hanya relevan dalam kajian psikologi dan keislaman, tetapi juga dalam upaya memahami diri secara lebih utuh dan transendental.
TEORI KOMUNIKASI Najwa Almira Rachman 1860304241012 Teori Komunikasi Intrapersonal Regulasi Diri Pada penjelasan kali ini, saya akan m...
-
P erspektif Keilmuan dalam Kenyataan Nama : Najwa Almira Rachman Nim : 1860304241012 Kelas : KPI 2E Ilmu pengetahuan telah menja...
-
MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK DI ERA SERBA AI Written by Najwa Almira Rachman November 15, 2024
-
Konotasi Ilmu dalam Prespektif Filsafat Ilmu Najwa Almira Rachman KPI 2E / 1860304241012. Pada pertemuan kali ini, dosen kami mener...