Minggu, 15 Juni 2025

Teori Komunikasi 

Najwa Almira Rachman 
KPI 2E / 1860304241012 


    Teori komunikasi adalah kajian ilmiah yang mempelajari proses penyampaian pesan antara individu, kelompok, atau massa serta dampaknya terhadap penerima pesan. Littejohn menyatakan bahwa teori komunikasi adalah sekumpulan pemikiran kolektif yang ditemukan dalam keseluruhan teori, terutama yang berkaitan dengan proses komunikasi. Memahami teori-teori komunikasi tentunya dapat membantu kita dalam mengembangkan keterampian komunikasi yang lebih efektif dan memahami dinamika komunikasi dalam berbagai situasi. Saya akan merekontruksi beberapa teori komunikasi yang sudah cukup saya pahami, berikut diantaranya:

1. Teori Agenda Setting 



    Teori Agenda Setting adalah konsep dalam ilmu komunikasi yang menjelaskan bagaimana media massa memiliki kekuatan untuk menentukan isu-isu apa yang penting dan layak diperhatikan oleh publik. Dikembangkan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw pada tahun 1972, teori ini berfokus pada hubungan antara pemberitaan media dan persepsi publik terhadap isu tertentu. 
    Menurut McCombs dan Shaw, media massa tidak hanya memberitakan peristiwa, tetapi juga mempengaruhi masyarakat dengan menetapkan agenda—yaitu, isu-isu yang dianggap penting dan layak dibicarakan. Dengan menyoroti isu tertentu secara intensif, media dapat membentuk persepsi publik mengenai prioritas dan urgensi suatu masalah.

Proses agenda setting melibatkan beberapa tahapan:
  1. Media Agenda: Isu-isu yang diberitakan oleh media massa.

  2. Public Agenda: Isu-isu yang dianggap penting oleh publik.

  3. Policy Agenda: Isu-isu yang menjadi perhatian pembuat kebijakan

berikut studi kasus lain yang menggambarkan penerapan teori Agenda Setting dalam konteks media massa di Indonesia:

Study Kasus 
Kasus pembunuhan yang melibatkan Ferdy Sambo, seorang pejabat tinggi Polri, mengguncang Indonesia dan menjadi headline di berbagai media. Pemberitaan yang masif ini menunjukkan bagaimana media massa dapat mempengaruhi opini publik dengan menyoroti isu tertentu secara intensif, sesuai dengan teori Agenda Setting.

2. Teori Regulasi Diri 



Teori komunikasi regulasi diri (self-regulation in communication) merupakan pendekatan yang menjelaskan bagaimana individu mengelola perilaku, pikiran, dan emosi mereka dalam konteks komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Teori ini banyak digunakan dalam psikologi komunikasi, komunikasi interpersonal, dan juga dalam konteks pembelajaran, organisasi, serta media sosial. Regulasi diri (self-regulation) adalah proses internal individu dalam mengontrol dan mengarahkan perhatian, emosi, motivasi, dan perilaku mereka agar selaras dengan tujuan atau norma sosial.

Adapun proses regulasi diri menurut Albert Bandura antara lain : 
1. Receiving (penerimaan pesan)
2. Evaluating (pengolahan informasi)
3. Searching (pencarian solusi) 
4. Formulating (tujuan)
5. Implementing (pelaksanaan) 
6. assesing (pengukuran) 

Study Kasus
Dina adalah seorang mahasiswa semester akhir yang sedang menyusun skripsi. Suatu hari, dia menerima email dari dosen pembimbing yang memberikan kritik pedas terhadap bab 3 yang ia kirimkan. Dosen tersebut menulis bahwa metodologinya “lemah dan tidak layak diteruskan”. Dina merasa kaget dan kecewa.

Analisis berdasarkan ttahapan proses regulasi diri

1.  Receiving (Penerimaan Pesan)

Dina membaca email dari dosennya yang mengandung kritik keras. Pada tahap ini, emosi awal seperti kecewa dan merasa gagal mulai muncul.

 "Metodologi kamu masih sangat lemah. Revisi secara total!"

2. Evaluating (Pengolahan Informasi)

Alih-alih langsung merespons dengan nada defensif atau menyerah, Dina memutuskan untuk merenung. Ia menilai bahwa meskipun bahasanya keras, inti pesannya adalah permintaan perbaikan logis.

 Dina memisahkan antara isi kritik dan nada penyampaian.

3.  Searching (Pencarian Solusi)

Dina kemudian mencari solusi:

  • Membaca ulang referensi tentang metodologi.

  • Bertanya pada teman yang sudah bimbingan.

  • Mencari contoh skripsi yang metodologinya kuat.

4.  Formulating (Penetapan Tujuan)

Dina menetapkan tujuan:

"Saya ingin memperbaiki Bab 3 dengan referensi yang valid dan struktur yang lebih kuat agar dosen puas dan saya bisa lanjut ke Bab 4."

5.  Implementing (Pelaksanaan Tindakan)

Dina mulai menyusun ulang Bab 3 berdasarkan referensi baru. Ia juga menulis ulang email balasan ke dosennya dengan nada profesional:

“Terima kasih atas masukannya, Pak. Saya sudah revisi metodologi sesuai arahan dan menambahkan referensi A dan B. Mohon dicek kembali.”

6.  Assessing (Pengukuran Hasil)

Dosen kemudian membalas dengan komentar yang jauh lebih positif:

“Sudah jauh lebih baik. Sekarang lanjutkan ke Bab 4.”

Dina mengukur keberhasilan dari respon dosen,

 Teori ini membantu individu mengelola emosi, pikiran, dan perilaku dalam proses komunikasi, sehingga mampu merespons situasi secara lebih bijaksana dan tidak impulsif.

3. Teori Komunikasi Antar Budaya 



    Teori komunikasi antar budaya (intercultural communication theory) adalah kajian dalam ilmu komunikasi yang mempelajari bagaimana orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda berinteraksi, menyampaikan pesan, dan memahami satu sama lain. Teori ini penting karena perbedaan budaya dapat memengaruhi cara berpikir, berbicara, berperilaku, serta cara menafsirkan pesan. Komunikasi antar budaya adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara individu atau kelompok dari budaya yang berbeda. Tujuannya adalah mencapai pemahaman bersama, meskipun terdapat perbedaan nilai, norma, bahasa, dan simbol budaya.
Konsep-konsep utama dalam teori komunikasi antar budaya antara lain :
1. Perbedaan Nilai Budaya (Cultural Values)
2. High-Context vs Low-Context Communication
3. Dimensi Budaya Hofstede
4. Stereotip dan Prasangka
5. Shock Budaya (Culture Shock)

Study Kasus 
    Seorang mahasiswa Indonesia kuliah di Amerika. Di kelas, ia cenderung diam karena terbiasa menghormati guru sebagai otoritas. Namun, dosen Amerika menganggapnya tidak aktif dan kurang kritis. Ini contoh perbedaan budaya pendidikan dan gaya komunikasi yang bisa menyebabkan miskomunikasi.
    Dengan mempelajari lebih mendalam terkait teori komunikasi ini, dapat meningkatkan kesadaran lintas budaya, dan  membangun toleransi dan empati terhadap perbedaa. 

Rabu, 21 Mei 2025

 Konotasi Ilmu dalam Prespektif Filsafat Ilmu

Najwa Almira Rachman
KPI 2E / 1860304241012.



      Pada pertemuan kali ini, dosen kami menerangkan materi terkait pengertian pemahaman ilmu dalam kacamata filsafat ilmu. lmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh upaya sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai aspek realitas di alam manusia. Aspek-aspek tersebut dibatasi untuk menghasilkan formula yang pasti. Ilmu memberikan kepastian untuk membatasi ruang lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu yang diperoleh dari keterbatasan.

    Menurut filsafat ilmu, mengartikan ilmu dengan 3 konotasi, 3 konotasi ini biasanya disebut dengan trilogi ilmu, meliputi : 

1. Ilmu sebagai Proses 
    Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya tunggal saja, melainkan suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif, dan teleologis. 
A. Rasional
       Aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri. Ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, merasa, bersikap, dan bertindak.

B. Kognitif 
          Pada dasarnya ilmu adalah sebuah proses yang bersifat kognitif, bertalian dengan proses mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif (cognition) adalah suatu rangkaian aktivitas seperti pengenalan, penyerapan, pengkonsepsian, dan penalaran (antara lain) yang dengannya manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan tentang suatu hal.
Menurut Piaget menyatakan bahwa di dalam diri individu terjadi adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

C. Teleologis
     Ilmu selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif, juga bercorak teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani sesuatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masing-masing ilmuwan. 

2. Ilmu sebagai Prosedur 
   Melalui metode ilmiah yang bersifat prakteik/praktis. Penelitaian sebagai suatu rangkaian aktifitas mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan pola ini dalam dunia keilmuan disebut metode, untuk menegaskan bidang keilmuan itu seringkali dipakai istilah “metode ilmiah”. Jadi, Ilmu sebagai prosedur atau ilmu sebagai metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, bisa dikatakan ilmu sebagai prosedur berarti ilmu merupakan kegiatan penelitian yang menggunakan metode ilmiah.

3. Ilmu sebagai Produk
    Ilmu seagai produk ini adalah hasil dari proses dan prosedur. 

Pada intinya, Ilmu hanya terdapat dan dimulai dari aktivitas manusia, sebab hanya manusia yang memiliki kemampuan rasional dalam melakukan aktivitas kognitif yang menyangkut pengetahuan, dan selalu mendambakan berbagai tujuan yang berkaitan dengan ilmu.

Sabtu, 17 Mei 2025

 Mimpi dalam Prespektif Psikologi Islam

Part 2

Najwa Almira Rachman 
KPI 2E / 1860304241012


    
        Secara umum, mimpi adalah pengalaman yang terjadi saat seseorang tidur. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis (Yuwono, 1994), mimpi adalah sesuatu yang dialami seseorang pada waktu atau saat tidur. Dalam pandangan psikologi, Nir dan Tononi (2009) menyatakan bahwa mimpi merupakan pengalaman psikologis yang terjadi dalam tidur seseorang, menunjukkan bagaimana otak yang tidak terhubung dengan lingkungan sekitarnya dapat menciptakan kondisi dunia sadar secara mandiri. Chaplin (dalam Nashori & Diana, 2005) menambahkan bahwa mimpi adalah deretan tamsil dan ide yang saling bertalian dan berlangsung selama tidur, di bawah pengaruh obat bius, atau dalam kondisi hipnotis.

    Dalam Islam, mimpi disebut "ru’ya" yang berarti sesuatu yang dilihat manusia dalam tidurnya. Al-Ushaimy mengartikan mimpi sebagai serangkaian keyakinan dan pemandangan yang ditransfer Allah ke dalam hati hamba-Nya melalui malaikat atau setan. Ibnu Khaldun memandang mimpi sebagai kesadaran yang timbul dalam jiwa rasional sebagai percikan dari bentuk-bentuk peristiwa spiritual. Al-Jauziyah menyatakan bahwa mimpi merupakan permisalan yang dibuat malaikat agar orang bermimpi dapat mengambil petunjuk dari gambaran tersebut. Dalam konteks psikologi modern, mimpi dianggap sebagai hasil dari aktivitas otak yang acak. Hobson mengungkapkan bahwa mimpi melibatkan persepsi dan kepercayaan yang merupakan hasil spontanitas dari kegiatan otak yang acak. Meskipun demikian, pandangan ortodoks Freudian masih memandang mimpi sebagai bentuk kegiatan mental yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, mimpi merupakan fenomena kompleks yang melibatkan aspek biologis, psikologis, dan spiritual, mencerminkan interaksi antara alam sadar dan bawah sadar manusia.

    Menurut Sigmund Freud, stimulus dan sumber dari kemunculan sebuah mimpi ada 4, yaitu: 

  1. External Sensory Stimuli (Rangsangan Sensorik Eksternal)
    Ini adalah rangsangan dari lingkungan sekitar yang memengaruhi mimpi saat tidur. Contohnya, suara alarm jam bisa masuk ke dalam mimpi sebagai suara lonceng atau suara lain yang sesuai dengan konteks mimpi. Freud menyatakan bahwa tubuh kita tetap peka terhadap rangsangan eksternal meskipun sedang tidur, dan otak dapat menggabungkan rangsangan ini ke dalam narasi mimpi.

  2. Internal (Subjective) Sensory Excitations (Rangsangan Sensorik Internal Subjektif)
    Rangsangan ini berasal dari dalam tubuh dan tidak disebabkan oleh faktor eksternal. Misalnya, saat mata tertutup dan kita melihat pola cahaya atau warna, atau mendengar suara-suara dalam keheningan. Freud menyebut fenomena ini sebagai "halusinasi hipnagogik", yaitu gambaran visual yang muncul saat kita mulai tertidur.

  3. Internal Organic Somatic Stimuli (Rangsangan Somatik Organik Internal)
    Ini berkaitan dengan kondisi fisik atau organ dalam tubuh yang memengaruhi mimpi. Contohnya, seseorang yang mengalami masalah pencernaan mungkin bermimpi tentang situasi yang tidak nyaman. Freud percaya bahwa sensasi dari organ tubuh dapat memengaruhi isi mimpi dan bahkan membantu dalam mendiagnosis kondisi kesehatan tertentu.

  4. Psychical Sources of Stimulation (Sumber Rangsangan Psikis)
    Sumber ini berasal dari pikiran, keinginan, atau konflik batin yang tidak disadari. Freud menekankan bahwa banyak mimpi merupakan manifestasi dari keinginan yang terpendam atau konflik internal yang belum terselesaikan. Mimpi menjadi cara bagi pikiran bawah sadar untuk mengekspresikan keinginan atau ketakutan yang tidak dapat diungkapkan secara langsung saat sadar.

Dengan memahami keempat sumber ini, Freud menjelaskan bahwasannya mimpi bukan sekadar fenomena acak, melainkan hasil dari interaksi antara rangsangan fisik dan psikis yang kompleks. mimpi dalam psikologi Islam adalah sebuah hal yang diakui keberadaannya karena terdapat dalam kedua sumber ajaran Islam yang tentunya memiliki fungsi dan tujuan, bahkan mimpi adalah bagian dari kenabian yang merupakan wahyu yang pertama seperti yang dikatakan oleh Ummul mukminin`Aisyah ra.

  














Jumat, 09 Mei 2025

 Konsep Mimpi dalam Studi Komparasi Psikologi Islam Serta Kaitannya dengan Filsafat Ilmu 

By : Najwa Almira Rachman 
KPI 2E (1860304241012) 


    Bagi sebagian orang, mimpi hanyalah dianggap sebagai bunga tidur semata. Tapi, pada dasarnya mimpi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Dan sejarah pun menunjukan bahwa sejak beribu-ribu tahun lamanya, banyak manusia yang menaruh perhatian besar terhadap mimpi. Mimpi menjadi pembahasan yang cukup serius dari sebagian orang dan menjadi bagian dari kajian ilmiah setelah seorang ahli psikoanalisis Sigmund Freud dengan teori psikoloanalisisnya menjelaskan topik mimpi. Menurutnya, mimpi adalah penghubung antara kondisi bangun dan tidur. Baginya, mimpi merupakan sebuah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang terlarang yang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Dengan begitu, mimpi dapat dirancang sesuai keinginan. Mimpi sebagai  suatu hambatan aktivitas mental tak sadar dalam mengungkapkan suatu yang dipikirkan atau diinginkan seorang individu. Pembahasan Mimpi ini akan dikaji lebih dalam dengan ilmu psikologi, Namu, bagaimana kaitannya dengan Filsafat Imu? 

    Perlu kita rekontruksi kembali bahwasannya Filsafat Ilmu memiliki 3 cabang ilmu yakni, Ontologi, Aksiologi, dan Epistemologi, dimana ke tiga cabang ilmu tersebut sudah diaparkan pada penulisan sebelum-sebelumnya. Dari ke tiga cabang filsafat ilmu tersebut, Ontologi lah yang memiliki keterkaitan dengan mimpi. Keterkaitan antara mimpi dan ontologi terletak pada bagaimana mimpi menantang pemahaman kita tentang hakikat realitas dan keberadaan. Ontologi, sebagai cabang filsafat yang membahas tentang "apa yang ada", berusaha menjawab pertanyaan mengenai struktur dasar dari kenyataan. Mimpi menjadi fenomena yang menarik secara ontologis karena dalam kondisi bermimpi, seseorang mengalami realitas yang tampak nyata, meskipun pengalaman itu tidak memiliki keberadaan fisik dalam dunia empiris. dengan begitu mencatat sebuah adegan dalam mimi adalah hal yang cukup penting, mengaa demikian? 

    Dengan mencatat mimpi, seseorang dapat mengamati pola, simbol, atau tema yang berulang, yang bisa memberikan wawasan mendalam tentang kondisi emosional dan psikologisnya. Ini juga membantu dalam proses refleksi diri dan pertumbuhan pribadi. Dari sudut pandang filosofis, mencatat mimpi bisa menjadi cara untuk mengeksplorasi batas antara kenyataan dan ilusi, serta mempertanyakan bagaimana kesadaran bekerja.

    Dari jurnal yang telah di bagikan oleh dosen kami, Mimpi dalam perspektif psikologi Islam memiliki makna dan fungsi yang jauh lebih luas dibandingkan pandangan psikologi Barat. Dalam Islam, mimpi tidak hanya dianggap sebagai produk bawah sadar, tetapi juga sebagai bentuk komunikasi spiritual yang dapat bersumber dari ilham ilahi atau wahyu. Mimpi bisa menjadi kabar gembira, ujian keimanan, petunjuk dari Allah, bahkan bagian dari kenabian. Oleh karena itu, mimpi dalam konteks Islam memiliki kedudukan yang mulia dan bisa menjadi sumber inspirasi serta pendorong spiritual bagi individu.

    Secara psikologis, baik dalam pandangan Barat maupun Islam, mimpi berkaitan erat dengan kondisi mental dan emosional seseorang. Freud dan para pengikutnya memandang mimpi sebagai manifestasi konflik batin dan keinginan bawah sadar. Sementara psikologi Islam menekankan bahwa mimpi dapat muncul karena aktivitas ruh yang menjelajahi alam arwah saat tidur, sehingga bisa memperoleh informasi atau pengalaman non-fisik yang berdampak pada akal dan jiwa manusia. Dalam hal ini, mimpi juga dapat memengaruhi perilaku, emosi, dan kesehatan mental seseorang secara signifikan.

    Dari sudut pandang spiritual dan ilmiah, mimpi memiliki fungsi diagnostik dan simbolik yang mendalam. Mimpi dalam Al-Qur’an dan hadis sering kali membawa pesan penting yang memengaruhi tindakan manusia dalam kehidupan nyata, sebagaimana terlihat dalam kisah para nabi. Kualitas mimpi, baik yang bersifat positif maupun negatif, diyakini berkorelasi dengan kondisi spiritual dan moral individu. Dengan demikian, pemahaman terhadap mimpi bukan hanya relevan dalam kajian psikologi dan keislaman, tetapi juga dalam upaya memahami diri secara lebih utuh dan transendental.

 






Rabu, 23 April 2025

 Epistemologi Sebagai Salah Satu Cabang Filsafat Ilmu 


Najwa Almira Rachman 
KPI 2E

    Pada pertemuan kali ini, dosen kami menerangkan terkait epistemologi sebagai salah satu cabang filsafat ilmu. Epistemologi adalah cabang filsafat yang mebahas sumber, struktu, metode, dan validasi pengetahuan. seperti hal nya yang di contohkan oleh dosen kami terkait contoh, pada zaman dulu, padi hanya bisa panen setahun sekali, namun karena adanya percobaan percobaan ataupun eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan yang dapat menjadikan padi panen lebih dari sekali dalam kurun waktu setahun. Eksperimen ini yang disebut sebagai epistemologi.
Epistemologi mempunyai beberapa cabang, salah satunya etika. sebagai contoh, tujuan kita hidup adalah untuk kebahagiaan, dan bahagia itu tidak ada yang gratis, pasti di balik kebahagiaan tentu ada sebuat pengorbanan maupun perjuangan (bersaha), itulah tujuan hidup dari sudut pandang etika. 

    Jika kita membahas tentang pengetahuan sains, tentu adanya objek pengetahuan sains yakni yang dijadikan sasaran oleh sains. apa saja yang dijadikan objek sains itu? objek pengetahuan sains adalah semua hal yang bersifat empiris. Lantas apa itu empiris? Empiris adalah segala sesuatu yang bisa dicandra oleh panca indra (yang dapat dicium, dirasakan, didengar, dilihat, dll). contoh objek sains : hewan, tumbuhan, manusia, dan ilmu sekitar). Empiris merupakan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman  atau observasi langsung terhadap fakta-fakta yang dapat diamati secara indrwi, bukan hanya pada teori atau spekulasi semata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , empiris adalah sesuatu yang berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui penemuan, percobaan, ataupun pengamata. selain itu, empiris juga merujuk pada metode pengamatanyang di lakukan oleh indra manusia, sehingga dapat diketahui dan diamati dan syaratnya empiris adalah rasional (masuk akal). 

Setelah sebellumnya kita telah mengetahui apa saja yang dapat dijadikan sebagai onjek pengetahuan sains, maka selanjutnya apa yang dapat diteliti oleh sains? jawabannya adalah semua hal yang masuk dari 3 rumpun ilmu : 
1. Alam 
2. Sosial
3. Humaniora 

dan bagaimana cara agar dapat memperoleh pengetahuan sains? hal ini dapat didapatkan menggunakan humanisme. Humanisme merupakan paham filsafat yang mengajarakan kita bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam sekitar. Humanisme adalah sikap dimana intelektual yang menekankan martabat manusia, pentingnya kepribadian individu, dan pengembangan ppenuh kemampuan mereka. Humanisme ini lah yang  mendorong perkembangan sains. 

kesimpulan 

    Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode, dan validasi pengetahuan. Melalui epistemologi, kita dapat memahami bagaimana pengetahuan sains diperoleh dan divalidasi melalui metode ilmiah dan observasi langsung. Objek pengetahuan sains bersifat empiris, yaitu segala sesuatu yang dapat diamati dan diukur melalui panca indra, seperti hewan, tumbuhan, dan manusia. Sains dapat meneliti semua hal yang masuk dalam tiga rumpun ilmu: alam, sosial, dan humaniora. Humanisme memainkan peran penting dalam perkembangan sains dengan menekankan martabat manusia dan pentingnya pengembangan kemampuan individu. Dengan demikian, epistemologi membantu kita memahami bagaimana pengetahuan sains dapat diperoleh dan dikembangkan melalui pendekatan yang sistematis dan rasional.



Rabu, 16 April 2025

Aksiologi Sebagai Salah Satu Cabang Filsafat Ilmu

Aksiologi Sebagai Salah Satu Cabang Filsafat Ilmu

 


Najwa Almira Rachman 
KPI 2E

    Dalam pertemuan ke-6 ini, dosen kami menjelaskan terkait aksiologi sebagai cabang filsafat ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang menjelaskan antara lain kegunaan ilmu pengetahuan (sains). Beliau mengilustrasikan bahwa tanpa sains, pulpen pun tidak ada. Teknologi terus berkembang seiring berjalannya waktu, namun semakin canggih ruang komunikasi dalam teknologi canggih tersebut, semakin hilang pula ruang pribadi, hal ini dikarenakan segala hal yang usdah memasuki wilayah media sosial maka, hal tersebut bukan lagi wilayah pribadia (personal). 

    Adapun kegunaan dari teori ada 3: 
1. Eksplanasi : yang artinya menjelaskan, menerangkan fenomena. dalam hal ini apabila kita dapat menjelaskan suatu fenomena maka itu di sebut sains. 
contoh: Kita dapat menjelaskan bahwa suasana hari ini sangat panas, dan menjelaskan penyebab apa saja yang membuat hari demi hari makin terasa panas. Maka itulah yang disebut eksplanasi. 

2. Meramal atau Memprediksi : yang artinya teori berperan dalam memprediksi atau meramal sesuatu yang dihasilkan dari pengetahuan yang ada pada urtan pertama tadi yakni eksplanasi. 
Contoh: Kita dapat memprediksi bahwa tahun depan akan berkemungkinan besar mengalami gempa bumi di wilayah A. itu lah yang dinamakan peran teori adalah memprediksi
Prediksi ini erat kaitannya dengan 3 hal, yaitu mempunyai materi yang kuat, kepandaian atau kepintaran ilmuan, serta ketersediaan data. 

3. Alat Mengontrol : pada bagian ini yang artinya, teori berperan untuk mengontrol sesuatu yang sebelumnya sudah kita prediksi di poin sebelumnya. 
Contoh : pada poin sebelumnya kita sudah memprediksi bahwa akan ada gempa bumi di wilayan A, lalu kita melakukan hal untuk mencegah hal tersebut terjadi. Namun apakah setiap hasil mengontrol tersebut selalu berhasil? tentu saja tidak selalu, namun itu dapat meminimalisir ndampak buruk yang diprediksi akan terjadi dalam masalah tersebu. 

    itu semua adalah pembahasan yang ada pada materi terkait aksiologi sebagai cabang filsafat ilmu yang menjelaskan antara lain kegunaan ilmu pengetahuan atau sains. Maka dapat tarik kesimpulan sebagai catatan penutup dari aspek aksiologi ilmu dari filsafat yang mengkaji tentang fungsi ilmu untuk memberikan petunjuk, solusi, pikiran ilmiah dan pembebas dari kebodohan. Filsafat ilmu menjelaskan tentang sejarah perkembangan ilmu, hubungan dengan filsafat ilmu, kedudukan filsafel dalam perkembangan ilmu.



Minggu, 13 April 2025

Ontologi Sebagai Cabang Filsafat Ilmu

Ontologi sebagai Cabang Filsafat Ilmu 


Najwa Almira Rachman 
KPI 2E


    Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mempertanyakan hakikat pengetahuan ilmiah. ini mencakup kajian tentang ontologi, epistemolog, dan aksiologi ilmu, serta bagaimana pengetahuan dibangun dan diuji. Filsafat ilmu berperan penting dalam memahami sifat, asal usul, dann batasan pengetahuan manusia. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan dan mengkaji tentang apa yang ada, jenis-jenis entitas yang ada, serta sifat dan hubungan antar entitas tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup. Ontologi juga merupakan representasi eksplisit dari konsep, objek, dan hubungan antarentitas dalam suatu domain pengetahuan.
    
    Sebelum membahas lebih dalam, ketahuilah dulu, bahwa ontologi dan antologi jelas mempunyai makna yang berbeda walaupun mempunyai penyebutan yang hampir sama. Ontologi sendiri ternyata suatu hal yang membahas terkait hakikat Ilmu. Sedangkan, Antologi adalah buku yang ditulis oleh banyak orang. 
Ilmu pengetahuan juga merupakan sains. Tapi, dalam masyarakat sains dan mitos terkadang ada kaitannya dengan mitos, tentu hal itu dapat dikatakan sains jika memiliki syarat syarat sebagai berikut:  
1. Harus masuk akal dulu dong
2. Mempunyai hipotesis
3. Dilakukan verifikasi dengan metode ilmiah 

Sains mempunyai cara kerja sebagai beriku:
1. Tidak akan ada kejadian tanpa sebab, karena semua kejadian harus di awali dengan adanya sebab 
2. Secara teori, sains menjelaskan terkait hubungan sebab-akibat. 
3. Sains hanya memberikan nilai benar atau salah, bukan baik atau buruk, dan bukan indah atau tak indah. 
Sains ternyata juga ada strukturnya, dalam ilmu sains ada 3 hal yang menjadi struktur, diantaranya ada kealaman, sosial, dan humaniora.

    Ontologi dapat disimpulkan bahwa ontologi meliputi hakikat kebenaran dan kenyataan yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari perspektif filsafat tentang apa dan bagaimana yang "ada" itu. Dalam hal ini, ada suatu hal yang saya baru tau, ternyata setiap ilmu pengetahuan yang berakhiran kata "logi" adalah ilmu yang bersifat teori dan setiap ilmu mempunyai Filsafat. Ontologi mempunyai fungsi untuk melakukan refleksi kritis terhadap objek atau bidang kajian, serta terhadap konsep, asumsi, dan postulat dalam ilmu pengetahuan.



Teori Komunikasi  Najwa Almira Rachman  KPI 2E / 1860304241012       Teori komunikasi adalah kajian ilmiah yang mempelajari proses penyampai...